ISLAM DAN
SAINS
(PERTARUNGAN MENEGAKKAN
RASIONALITAS)
Review Buku Karangan Pervez
Hoodbhoy
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Individu
Mata Kuliah Keterpaduan Islam dan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Dosen pengampu: Edy Candra,S.Si, MA
Disusun oleh:
IRA CINDRIANA
NIM: 59461240
Biologi C/VII
JURUSAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI SHEKH NURJATI CIREBON
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
IDENTITAS BUKU
JUDUL BUKU : ISLAM DAN SAINS (PERTARUNGAN MENEGAKKAN
RASIONALITAS)
PENGARANG
: DR. PROF PERVEZ HOODBHOY
PENERBIT : PUSTAKA
BANDUNG
TAHUN TERBIT :
1997
B. Latar Belakang dan Gambaran Buku
Dr. Prof Pervez
Hoodbhoy mengungkapkan bahwa penulisan buku ini
bukanlah untuk memenuhi rencana penulisan sebuah buku yang sudah lama
dicanangkan. Tepatnya dorongan keadaanlah yang memancing dan memaksa Pervez
Hoodbhoy menulisnya. Gagasan yang terdapat dalam buku
ini berawal dari suatu ceramah mengenai Islam dan sains yang atas prakarsa
lembaga pendidikan Lahore yang disampaikan pada bulan Mei 1984.
Buku ini di tulis oleh Dr Prof Pervez Hoodbhoy dan
di terbitkan oleh peneerbit PUSTAKA Bandung pada tahun 1417 H-1997M. Isi buku
ini dibagi menjadi dua
bagian. Bagian pertama terdiri atas bab-bab yang melukiskan situasi sains dan
pendidikan di dunia muslim. Bagian kedua mengisahkan sejarah sainsdalam Islam,
serta sains-sains seperti yang ditafsirkan dalam periode Zia-ul Haq di
Pakistan. Dalam buku ini memuat beberapa pertimbangan-pertimbangan penting untuk
membangun sains dan teknologi negeri-negeri Islam kita.
C. Biografi penulis
Dr
Prof Pervez Hoodbhoy Amirali (lahir 11 Juli 1950)
adalah terkenal Pakistan fisikawan nuklir, esais dan politik-pertahanan analis.
Dia adalah profesor fisika nuklir dan energi tinggi, dan kepala Departemen
Fisika di Quaid-e-Azam University, Islamabad, Pakistan. Ia lulus dan juga
menerima PhD dari MIT dan terus melakukan penelitian dalam fisika partikel. Ia
menerima Penghargaan Baker untuk Elektronik pada tahun 1968, dan Abdus Salam
Prize untuk Matematika pada tahun 1984.
Hoodbhoy
juga seorang aktivis lingkungan dan sosial terkemuka dan rutin menulis tentang
berbagai isu sosial, budaya dan lingkungan. Dia adalah lawan yang gigih Islam
militan di Pakistan dan advokat untuk demokrasi di negara ini.
BAB
II
INTISARI
BUKU
Bab.1 Apakah Islam dan Sains Bisa Rukun?
Sains dan agama merupakan dua
entitas yang berbeda, namun keduanya sama-sama memiliki peranan sangat penting
dalam kehidupan manusia. Keterbelakangan dalam sains adalah satu bagian penting
dari krisis yang mengungkung dunia Muslim, dan hal itu jelas mematikan bahwa
hegemoni politis, ekonomis dan intelektual Barat kemungkinan besar masih akan
terus menjajah dunia muslim yang akan datang, dalam waktu yang sukar
diperkirakan. Menjelang abad ke-21, masih sulit melihat suatu gerakan berskala
besar ke arah kebudayaan yang didasarkan pada sains di suatu negeri Muslim.
Keingintahuan dan
semangat ingin maju merupakan modal yang dimiliki oleh orang barat, bebas
melakukan berbagai kajian, eksperimen dan berani mencoba sesuatu yang baru
adalah hal yang dilakukan mereka guna menemukan ilmu maupun teori baru. Mereka
mempunyai keyakinan hanya dengan pendidikanlah suatu bangsa dapat maju
sekaligus bermartabat, dan mereka telah membuktikannya. Sehingga yang terjadi
kemudian adalah; secara historis, peradaban Islam telah membayar mahal atas
kegagalannya memperoleh sains baru, dan tak pelak kegagalan tersebut dapat
menjelaskan kemunduran peradaban Islam dan meningkatnya peradaban barat selama
ratusan tahun.
Agama dan Sains tidak selamanya
berada dalam pertentangan dan ketidaksesuaian. Banyak ilmuwan yang berusaha
mencari hubungan antara keduanya. Islam adalah agama yang sangat menganjurkan
umatnya untuk mengerahkan segala kemampuannya dalam menggunakan akalnya serta
memikirkan segala apa yang ada di alam semesta ini. Al-Qur’an bukanlah kitab
sains, tetapi segala pengetahuan tentang sains hendaknya dirujukkan kedalam
Al-Qur’an. Al-Qur’an secara eksplisit telah menerangkan tentang segala apa yang
ada dan terjadi dibumi ini dan dengan sains lah kita membuktikannya.
Bab.2 Sains: Hakikat dan Asal-mulanya
Sains dapat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan yang bertujuan untuk mencari kebenaran berdasarkan fakta atau
fenomena alam. Sains pada wilayah yang sempit atau spesifik dapat dipahami
sebagai ilmu pengetahuan alam dan pada tataran yang luas dipahami sebagai
sagala macam disiplin ilmu pengetahuan.
Kelahiran sains moden
telah bermula sejak dari zaman tamaddun Islam lagi tetapi kemuncaknya ialah
methodologi yang lebih saintifik dalam membuat ujian, penemuan dan ciptaan.
Selepas Copernicus, seorang ahli astronomi berbangsa Poland, dunia tidak lagi
dianggap sebagai pusat cakerawala tetapi hanyalah sebuah dari banyak planet
yang mengelilingi sebuah bintang di satu sudut galaksi. Manusia mula menyedari
bahawa mereka bukanlah pusat segala ciptaan, tetapi hampir tidak bermakna jika
dibandingkan dengan ciptaan alam semesta ini. Terdapat banyak lagi ahli-ahli
dalam bidang-bidang sains yang berjaya membuat penemuan baru selepas mereka
bebas dari cengkaman kuasa gereja Kristian di zaman pertengahan.
Dengan
penemuan-penemuan yang baru dalam Revolusi Saintifik, maka lumpuhlah kuasa
Gereja dan seterusnya menukar konsep Tuhan di dalam theologi Kristian. Anehnya,
penemu-penemu tersebut (seperti Descartes, Galileo,Voltaire dan Newton)
bukanlah orang yang tidak beragama. Sebaliknya mereka juga penganut agama
Kristian yang kuat. Malah mereka berpendapat bahwa hukum alam ini tidak akan
sempurna tanpa wujudnya satu Tuhan atau Pencipta. Tetapi bagi mereka Tuhan ini
berbeza dengan Tuhan yang mereka pernah pelajari yang tugasnya hanya memakbul
doa manusia yang meminta atau melakukan mukjizat untuk orang-orang tertentu.
Mereka kini mempercayai bahawa Pencipta itu adalah yang mengatur pergerakan
alam yang amat kompleks ini mengikut hukum-hukum tertentu.
Bab.3 Pengaruh Sains Islam terhadap Konsepsi Kristen
Abad Pertengahan
Dunia ilmu modern telah mengumpulkan
bukti-bukti yang memperlihatkan tanpa ragu bahwa pengaruh sains islam di barat
mulai mewujudkan dirinya sejak abad keempat/kelima, dan melebar hingga periode
pasca-Renaisains. Dalam bahasan kali ini menandai puncak aktivitas gerakan
penerjemahan periode abad pertengahan, yang berupaya untuk mendapatkan
naskah-naskah para sarjana Muslim yang berbahasa arab ke bahasa latin. Dan kedua, dalam abad inilah terjadi perubahan
intelektual terbesar di barat, perubahan yang sangat erat kaitannya dengan
perkembangan ilmiah barat setelah itu. Filsafat Alam di Barat Kristen Sebelum
Masuknya Pengaruh Islam. Setiap tradisi religius yang integral memiliki dimensi
teologis maupun gnostik dan metafisik. Kristen pun demikian. Dalam setiap
kajian menyangkut pengetahuan tentang alam dalam agama Kristen pada awal abad
Pertengahan,ada dua istilah dimensi yang secara berurutan diistilahkan sebagai
eksoterik dan esoterik. Jenis sains tentang alam yang betul-betul Kristiani,
baik dalam tujuan maupun anggapan-anggapannya, lebih diasosiasikan dengan
dimensi kontemplatif dan metafisik Kristen ketimbang dimensi teologisnya. Perlu
ditekankan di sini bahwa yang dimaksud dengan gnosis bukanlah jenis gnostisisme
yang dilarang sebagai bid’ah oleh Dewan Kristen, tetapi lebih sebagai
pengetahuan yang terpadu dan tercerahkan yang memiliki fungsi penyelamat dan
tidak dapat dipisahkan dari cinta kepada Tuhan sebagai pengalaman religius dan
spiritual. Dan yang dimaksud dengan teologi adalah pertahanan rasional terhadap
ajaran-ajaran keimanan.
Dalam setiap agama yang berteraskan orthodoks, termasuk Islam
fundamentalis, kerap tidak senang kepada kaedah atau penemuan sains. Tetapi di
dalam sejarah, Kristian orthodokslah yang menjadi seteru sains untuk jangka
masa yang paling lama. Seribu tahun sebelum zaman Renaissance, Eropah dikuasai
cengkaman kuku besi Gereja Kristian. Sikap Gereja yang tidak ada tolak ansur,
prejudis, syak wasangka dan berkepercayaan tahyul (superstitious) telah
membantut perkembangan sains. Akibat syak wasangka kepada pemikiran bebas,
pihak gereja menindas semua ajaran yang tidak selari dengan ajaran gereja. Akibatnya
banyak orang-orang yang disyakki ahli sihir atau penyeleweng agama telah
dibunuh dengan pelbagai cara yang mengerikan: ada yang diikat antara dua ekor
kuda dan dikoyak dua, ada yang digantung atau dibakar hiduphidup.
Mengapakah gereja begitu tegas menindas manusia yang mempunyai idea-idea
baru tetapi berbeda dengan pendapat gereja? Antara sebab-sebabnya ialah:
- Gereja telah menentukan setiap peraturan sosial masyarakat, termasuk ritual sembahyang, makan dan minum, berkahwin dan seks. Agama Kristian zaman pertengahan merupakan peraturan hidup lengkap yang ditentukan oleh gereja.
- Kepatuhan kepada peraturan-peraturan di atas bergantong, dengan keupayaan gereja menguatkuasakannya, kepada pengikut-pengikut Kristian tanpa soaljawab.
- Pelanggaran kepada peraturan-peraturan tersebut, sama ada oleh sains atau lain-lain, boleh meruntuh dan memecahkan keseluruhan peraturan sosial pada masa itu.
- Sains dan pemikiran bebas dianggap sebagai ancaman dan perlu diharamkan.
Penindasan pemikiran saintifik oleh gereja zaman pertengahan merupakan
titik hitam kepada peradaban manusia. Berikut adalah beberapa kisah
pertentangan di antara sains dengan gereja:
- Doktrin yang mengatakan bumi ini adalah spiar (sphere) telah ditentang hebat oleh gereja. Alasannya ialah tidak masuk akal pokok-pokok tumbuh terbalik, atau hujan dan salji jatuh ke atas.
- Mengikut fatwa St Paul penyakit merupakan kerja jahat syaitan. Pada pandangan gereja hantu-hantu adalah penyebab kemarau, ketidaksuburan pokok-pokok, pencemaran udara. Hantu-hantu ini berterbangan di bawah awan dan tertarik kepada darah dan wangian yang dipersembahkan kepada mereka sebagai tuhan-tuhan oleh manusia.
- Wabak penyakit, seperti cacar dan kepialu adalah bala Tuhan. Inokulasi melawan wabak berkenaan telah diharamkan oleh gereja dengan alasan bahawa cacar merupakan balasan dosa-dosa manusia terhadap Tuhan.
- Halangan yang serius terhadap perkembangan sains perubatan ialah pengharaman membedah mayat-mayat. St. Augustine mengecap mereka sebagi tukang sembelih (butchers). Gereja juga beranggapan bahawa ‘menganiaya’ mayat-mayat boleh membawa akibat yang buruk apabila mayat-mayat akan dihidupkan semula pada hari kiamat.
- Gereja mengatakan bahawa komet (tahi bintang) merupakan bola api yang dilemparkan oleh Tuhan kerana marah kepada kezaliman manusia di dunia.
- Ribut taufan adalah perbuatan syaitan-syaitan. Oleh itu ritual ‘pembersihan’ (exorcism) telah digunakan untuk melawan kuasa angin dengan membaca mentera-mentera dan membunyikan loceng-loceng gereja.
- Mengikut kepercayaan gereja, kilat petir adalah disebabkan oleh 5 dosa manusia:. Enggan bertaubat, Banyak membuat kesalahan, Tidak membaikki gereja-gereja yang rosak, Penipuan apabila membayar ‘zakat’ kepada paderi-paderi, Penindasan ke atas orang bawahan.
Ada Pope yang mengatakan bahawa kilat petir itu adalah ‘jari Tuhan’. Dalam
tahun 1752 Benjamin Franklin membuat ujian dengan layang-layang dan membuat
penemuan bahawa kilat petir itu adalah kuasa elektrik. Penemuan ini ditentang
oleh gereja sehinggakan mereka tidak menerima cadangan untuk melindungi
bangunan tinggi, terutamanya gereja, dari panah petir dengan menggunakan
‘lightning rod’. Akibatnya banyak gereja, yang tidak mempunyai pelindung petir,
telah rosak dan ramai tukang bunyi loceng (bell ringers) mati kena panahan
petir.
Bab.4 Keadaan Sains di Negeri-negeri
Muslim Dewasa ini
Keterpurukan dunia
Islam dalam berbagai bidang, khususnya sains dan teknologi ini terlihat dari
lambatnya kemajuan teknologi dan sains pada Negara-negara muslim. Hoodbhoy,
memaparkan beberapa indikator ketertinggalan negara Muslim dalam beberapa
indikator perkembangan sains dan teknologi, dengan fakta-fakta statistik dari
bank dunia, antara lain: bidang manufaktur, bidang permesinan dan alat
transpostasi, Jumlah karya Ilmiah, kontribusi terhadap karya-karya
ilmiah dunia, pengembangan ilmu-ilmu murni (fisika, kimia, matematika),
publikasi ilmiah, lembaga/institusi pendidikan.
Sekiranya kita naik
pesawat dan terbang diruang angkasa negara-negara Islam, dari Karachi ke Tehran
dan dari Dubai ke Riyadh, kita akan dapati banyak persamaan. Yang dimaksudkan
persamaan ini bukanlah persamaan dari segi akidah, tetapi persamaan dari segi
teknologi Barat dalam bentuk bangunan yang tinggi, lapangan terbang, lebuhraya
yang sesak dengan kenderaan, antenna TV, dll. Teknologi yang digunakan untuk
menjana ekonomi negara-negara masingmasing, seperti mencarigali minyak,
menggerudi, menapis dan pengangkutannya juga diimpot. Negara-negara Barat
memberi kemudahan kepada negara-negara pengeluar bahan mentah ini menukar
dengan barangan yang telah siap dikilang, seperti kapal terbang, senjata,
peluru, sehinggalah kepada pembuka tin. Allah Ta’ala telah mengurniakan kepada
negara-negara Islam kekayaan minyak mentah. Namun setelah dikaji, simpanan
bekalan minyak ini bukanlah untuk selamanya kerana lambat laun ia akan habis
juga. Buat masa ini negara-negara pengeluar minyak ini menggunakan kekayaan
tersebut untuk membiayai keperluan negara masing-masing, sama ada untuk
keperluan domestik atau peperangan. Telah dibuktikan oleh sejarah bahawa masyarakat
yang tidak produktif akan menghadapi kehancuran dan seterusnya akan
dipinggirkan. Justeru, telah banyak kedengaran diperkatakan bahawa
negara-negara Islam atau Dunia Ketiga perlulah melakukan pemindahan teknologi
daripada negaranegara maju. Pada masa yang sama terdapat juga suara-suara yang
mendakwa bahawa ada konspirasi dunia Barat untuk memastikan negara-negara Islam
tidak akan maju dan mesti terbelakang dari segi teknologi.
Penelitian dan
pengembangan ilmiah dan karenanya pertumbuhan atau kemerosotan sains sebagai
institusi dalam masyarakat tidak bisa tidak pasti berkaitan dengan pendidikan.
Dalam kenyataannya, ungkapan terakhir filsafat yang dianut suatu masyarakat
dapat diketahui dari cara masyarakat tersebut mendidik generasi mudanya.
Disinilah kita benar-benar menghadapi masalah apakah pendidikan harus dijadikan
sebagai alat transformasi untuk memodernisasikan masyarakat, atau apakah ia
pada prinsipnya harus berupaya melestarikan tradisi. Tanpa mendiskusikan-karena
akan didiskusikan belakangan-dimensi-dimensi yang lain, seperti tujuan,
kualitas dan metode, marilah kita pertama-tama melihat skala pendidikan di
negeri-negeri Muslim dewasa ini.
Bab.5 Respon Kaum Muslimin terhadap
Keterbelakangan
Di kalangan kaum
Muslimin, respons kaum restorasionis merupakan jenis respons yang tampak paling
jelas dewasa ini. Mereka berupaya mengembalikan versi tertentu kejayaan masa
lalu, dan menisbatkan seluruh kegagalan dan kekalahan pada penyimpangan dari
jalan yang benar.
Posisi kaum
rekonstruksionis-yang bertolak belakang dengan anti sains dan anti modernisme
jahat kaum ortodoks. Pada dasarnya berupaya menginterpretasi ulang keyakinan dengan
maksud mencari titik temu antara tuntutan-tuntutan peradaban modern dengan
ajaran dan tradisi islam.
Ada bukti tak terbantah
bahwa kaum pragmatis Muslimlah yang merupakan mayoritas Muslim pendiam dewasa
ini. Lebih suka memperlakukan ajaran-ajaran agama termasuk iman sebagai pada
dasarnya tidak berkaitan dengan kepedulian langsung terhadap kehidupan politik
dan ekonomi. Kaum pragmatis menggunakan sains dan pengetahuan sekular sebagai
alat berpuas diri dengan keyakinan semu bahwa Islam dan modernitas tidak
berbenturan, tetapi pada saat yang sama enggan untuk menelaah isu-isu seperti
itu secara seksama.
Bab.6
Bucaille, Nasr, dan Sardar: Tiga Komponen dalam Sains Islam
Bucaille tampaknya benar-benar puas dengan
metodologinya, kaum musimin yang hendak mengkompromikan akal dengan wahyu pasti
segera melihat paling tidak dua kekurangan dalam diskusinya, meskipun mereka
menerima sifat ilhiah Quran. Sedangkan
Sayyed Hossein Nasr berpandangan bahwa sains tradisional Islam di masa lalu
sebagai sains islami. Seyyed Hossein Nasr menggunakan istilah “ilmu pengetahuan Islam” sebagai sistem ilmu pengetahuan yang secara amat kental disusupi oleh metafisika Islam. Namun semangat tingginya sebagai seorang tradisionalis menjadikan apa yang ada dalam sejarah sebagai model ideal bagi “ilmu pengetahuan Islam”, yang baginya masih hidup hingga kini dan mesti dilestarikan. Sardar menekankan penguasaan epistemologis dalam membangun kerangka sains atau pengetahuan Islam. Sehingga menurutnya sains islami
masih harus dikonstruksi setelah membongkar sains modern yang ada.
Sayyed Hossein Nasr berpandangan bahwa sains tradisional Islam di masa lalu
sebagai sains islami. Seyyed Hossein Nasr menggunakan istilah “ilmu pengetahuan Islam” sebagai sistem ilmu pengetahuan yang secara amat kental disusupi oleh metafisika Islam. Namun semangat tingginya sebagai seorang tradisionalis menjadikan apa yang ada dalam sejarah sebagai model ideal bagi “ilmu pengetahuan Islam”, yang baginya masih hidup hingga kini dan mesti dilestarikan. Sardar menekankan penguasaan epistemologis dalam membangun kerangka sains atau pengetahuan Islam. Sehingga menurutnya sains islami
masih harus dikonstruksi setelah membongkar sains modern yang ada.
Bab. 7 Apakah
Sains Islami Dimungkinkan?
Sains Islam itu tidak wujud dan semua usaha untuk
membuat sains Islam telah gagal. Sebaliknya, sains moden amat nyata
kewujudannya. Tanpanya kilang tidak dapat berfungsi, tentera tidak dapat
berperang, penyakit tidak dapat dirawat. Dengan sains moden gambar dapat
dihantar beribu batu dalam sekelip masa, pesawat jet dapat terbang melintasi
benua, jantung yang rusak dapat diperbaiki, berbagai spesis pokok dan binatang
boleh dikaji dan diperbaiki di dalam makmal.
Belum ada sains Islam yang boleh digunakan untuk
membina sebarang mesin atau perkakas, atau memproses bahan kimia untuk
perubatan, atau membuat penemuan yang baharu. Sebaliknya, mereka yang mendakwa
pengamal sains Islam hanya sibuk dengan persoalan yang tidak bersangkutan
dengan sains itu sendiri, seperti berapa kelajuan di Syurga, suhu di dalam Neraka,
komposisi jin, formula untuk mengira kemunafiqan atau perbincangan Mikraj
Rasulullah s.a.w. dengan menggunakan kaedah tiori relativiti Einstein.
Keduanya, sekadar menetapkan set prinsip moral dan agama (theology), betapa
tinggi sekali pun darjahnya, tidak akan dapat mencipta sains yang baru.
Contohnya, saintis A beragama Islam, saintis B menganuti agama berbagai tuhan
dan saintis C seorang atheis. Ketiga mereka ini terlibat dalam satu bidang
kajian fiziks yang kompleks dan memerlukan banyak pengiraan matematik dan
tiori. Walaupun mereka mempunyai kepercayaan yang berbeda, apa yang akan
dinilaikan adalah hasil kajian mereka secara professional dalam bidang yang
dikaji. Justeru, pegangan agama tidak memain peranan dalam hasil kajian mereka.
Seorang Muslim bernama Abdus Salam telah berkongsi Hadiah Nobel pada tahun 1979
bersama Steven Weinberg, seorang atheis, dalam bidang fiziks. Satu lagi contoh
ialah, kajian Galileo dan Newton. Kedua-dua mereka adalah orang-orang yang alim
dalam agama Katholik, tetapi hasil kajian mereka bercanggah dengan pendapat
gereja sehinggakan Galileo pernah dijatuhi hukuman bunuh. Tetapi hasil kajian
sains mereka tetap sains. Ketiganya, tidak pernah dan masih belum wujud takrif
sains Islam yang boleh diterima oleh orang-orang Islam sendiri. Sejak dari
dahulu kala lagi terdapat perbedaan pendapat di antara orang-orang Islam
berkenaan sains. Tetapi dikira bernasib baik kerana Islam orthodoks tidak
memegang tampuk pemerintahan untuk mengekang perkembangan sains. Dalam zaman
ini juga terdapat masalah
perbedaan
di antara sektarian Islam, termasuk di kalangan negara-negara Islam. Contohnya, Iran telah memulau semua muktamar
dalam sains Islam. Justeru, ungguh sukar untuk mendapat apa-apa persetujuan
tentang takrifan sains Islam. Pendek kata, sains adalah sains dan tidak ada
sains Islam atau sains Marxist, atau sains Dunia Ketiga. Usaha untuk mencari
takfir baru berkenaan sains akan bertemu jalan buntu. Sememangnya perkembangan
dan kepakaran sains di Dunia Ketiga amat rendah.
Jadi tidak perlulah kita mencari sains baru.
Sememangnya pada masa ini sains berjaya meningkatkan pengeluaran tetapi gagal
dalam pengagihan kekayaan. Tetapi keadilan ini bukanlah di dalam ruang lingkup
sains. Apa yang perlu dilakukan oleh negara-negara Dunia Ketiga ialah melengkap
dan meningkatkan kemahiran sains.
Bab
8 Kelahiran sains muslim
Pada puncaknya, sekitar
seribu tahun yang lalu, dunia muslim bemberikan kontribusi yang luar biasa
kepada sains, terutama matematika dan kedokteran. Baghdad dimasa kejayaannya
dan sepanyol selatan membangun universitas-universitas yang di datangi ribuan
mahasiswa. Para penguasa mengitari diri mereka dengan ilmuan-ilmuan dan
seniman-seniman. Semangat kebebasan umat yahudi, kristen dan muslim bekerja
sama. Namun dewasa ini semua hanya kenang-kenangan. Capaian ilmiah masa awal
luar biasa signifikan. Sekalipun satu meleniaum telah berlalu, sementara
orang-orang benar-benar beranggapan bahwa kunci yang bakal membuka pintu-pintu
menuju aman keemasan yang lain terletak disuatu tempat disepanjang gelap menuju
masa lampau. Apabila duduk persoalannya berhasil ditemukan maka kaum muslim
akan mengetahui apa yang mesti dilakukan dimas mendatang. Karenanya selam 200
tahun terakhir hingga kini umat muslim disibukkan dengan mengidentifikasi
sebab-sebab merosotnya peradaban.Zaman keemasan menjadi pertahan kokoh sejumlah
besar naseha Al Quran dan nabi untuk mencari pengetahuan, dan nasehat ini
dipahami secara khusus sebagai perintah-perintah untuk memperleh pengetahuan
yang ilmiah dalam pengertian modern. Telah menjadi agak lazim menemukan
penegasan-penegasan bahwa 750 ayat Al-Quran yang adalah hampir seperdelapan
dari seluruh kandungan kitab suci ini.menganjurkan kaum muslimin mengkaji alam
dan mencari sains modern. Jadi keberhasilan zaman keemasan dalam sains
membuktikan bahwa islam mendukung sains sepenuhnya, dan bahwa pencarian sain
merupakan tugas relijius dan juga kebutuhan pragmatis.
Sejarah sains dalam
dunia muslim lama penting bagi masa depan sains dan peradaban islam dewasa ini.
Oleh sebab itu kaum muslim perlu masuk kedalam suatu perdebatan tentang
sejumlah isu yang diengketakan. Adapaun isu-isu tersebut yang memiliki arti
penting diantaranya:
1.
Apakah sains
yang dikembangkan kaum muslimin khas islami, dan karenanya layak dinamakan
sains islami? Atau apakah ia universal dan karenanya lebih tepat dikatakan
sains muslim?
2.
Benarkah bahwa
tesis sains zaman keemasan dikembangkan terutama oleh bangsa arab? betapa
penting peran para cendikiawan bukan muslim dan bukan arab?
3.
Apakah
istitusi-institusi utama dalammasyarakat muslim abad pertengahan benar-benar
menerima dan memahami sains-sains yang rasional?
Ketiga isu diatas akan terjawab dalam
bembahasan selanjutnya dalam bab ini:
1.
Sains islami
atau sains muslim?
Untuk
menjawab pertanyaan diatas, buku ini memberikan beberapa contoh ilmu sains
diantaranya ilmu matematika, fisika dan kimia. Misalnya kaum muslimin
mempergunakan pengetahuan mereka mengenai angka india untuk menemukan sistem
desimal angka modern; abul wafa merumuskan teori sinus dalam trigonometri; omar
khayan mengembangkan solusi geometri yang berkenaan dengan persamaan-persamaan
pangkat tiga dll.sementara diperlihatkan bahwa kecintaan kepada matematika
dikaitkan langsung dengan doktrin keesaan (tawkhid)jelas bahwa
kebudayaan-kebudayaan lain juga mengembangkan matematika yang identik dengan
yang dikembangkan di dunia muslim. Jadi tidak ada sesuatu pun dalam matematika
muslim yang dapat disebut sebagai matematika islami. Dengan kata lain sains
yang berkembang adalah sains muslim bukan sains islami.
2.
Adakah sains
dalam zaman keemasan sains arab?
Pada
zaman keemasan sains yang berkembang menggunakan bahsa arab, tanpa
memperhatikan asal sarjana teersebut. Sehingga sains yang ada disebut sains
arab.
3.
Apakah sains
diterima oleh masyarakat muslim abad pertengahan?
Sains
meerupakan inisiaatif pribadi sarjana-sarjana dengan dukungan penuh dari kelas
bangsawan tercerahkan, dan sains menjadi mata kajian esoteris yang terbatas
pada kelas atas yang tercerahkan dalam masyarakat muslim, ini menunjukan bahwa
sains diterima oleh masyarakan muslim pada abad pertengahan.
Bab
9 Ortodoksi Relijius Menghadapi Sains Muslim
Kemerosotan
sains dalam kebudayaan yang dibarengi dengan peningkatan rasa beragama yang
mantap membuat semakin sulit lahirnya pengkajian sains sekular. Untuk sampai
pada sumber reaksi kaum ortodoks terhadap sains kita perlu melangkah mundur
kira-kira 1300 tahun menjelang abad pertama islam.adapun ortodoksi relijius
dalam dalam menghadapi sains muslim yaitu Termotivasi oleh penguasaan yang
belum lama dicapai atas silogisme Yunani, sarjana-sarjana muslim awal dengan
cepat memakai sebagai argumentasi keagamaan. Penerapan utama pertama ialah atas
perdebatan retoris antara pendukung-pendukung paham kehendak bebas dan mereka
yang meyakini predestinasi.
Selama
periode tertentu, penganut-penganut paham kehendak bebas seperti kaum Qadariyah
dihukum gantung dan dianiaya oleh penguasa umayah yang menentang paham
kehendak-bebas. Tapi doktrin tersebut tidak bisa ditekan. Doktrin tersebut
menjadi nyata dan mazhab pemikiran mu’tazilah yang dilahirkannya.
Mu’tazilah
merupakan kaum yang terlahir dari pertikaian berdarah antara penganut paham
kehendak-bebas dan penganut paham presidentinasi, kaum mu’tazilah merupakan
suatu aliran radikal filosof-filosof rasional. Kaum mu’tazilah berusaha
mengakurkan agama dan akal. Kaum mu’tazilah merupakan kaum yang melawan
ortodoksi, dalam tindakan mereka mencari dukungan-dukungan logis dan filosofis
bagi akidah islam, kaum mu’tazilah mengajukan argumen-argumen yang didasarkan
pada etika dan akal, meskipun merea jelas mendukung posisi mereka dengan
menggunakan ayat al-quran.
Ketika
ortodoksi menjadi sumber energi tahap awal sains dan pengkajian islam, sikap
rasionalis dan sekular, tradisi hellenistik pada akhirnya berhadapan langsung
dengnan ortodoksi relijius. Segera menjadi kenyataan bahwa pengetahuan klasik
(ulum al-awa’il) disamakan dengan bid’ah oleh kaum ortodoks, dan filsafat
dicuragai. Bersamaan dengan berjalannya waktu sikap-sikap yang menentang
pengkajian sekular semakin keras, sekitar abad ke 12 mazhab-mazhab pemikiran
yang konservatif dan anti rasionalis hampir benar-benar mengikis pengaruh
mu’tazilisme.perlawanan ortodoksi tradisional terhadap ulum al awa’il dan
sains-sains rasional terungkap, tapi semua perlawanan tersebut tidak begitu
berarti dan tidak mempengaruhi asimilasi sains kedalam masyarakat muslim. Namun
muncul titik balik ketika ulama ortodoks yang terbesar dan paling berpengaruh Al
Ghazali mngarahkan kaum ortodoks kepada kemenangan akhir denngan memberi mereka
kekuasaan politis.
Bab
10 Lima Pakar Besar
A. Al Kindi
(801-873)
Sebagai
orang yang mempunyai pemikiran yang rasional, Al Kindi mengusulkan bahwa yang
terkandung dalam kitab suci, yang interprestasi literalnya berbenturan dengan
realitas, harus dipahami sebagai alegori-alegori untuk membimbing ulul albab.
Al-Kindi dan sebagian besar filosof kuna percaya ada dua kebenaran: pertama
kebenaran untuk rakyat awam dan kedua kebenaran untuk kaum intelektual.
B. Al Razi
(865-925)
Al-Razi
dikenal karena tulisan-tulisannya yang berkenaan dengan biologi. Al razi
menegaskan bahwa Tuhan menciptakan manusia dan menanamkan akal-Nya pada diri
manusia, sehingga memungkinkan manusia memahami alam semesta.
Pandangan-pandangan Al Razi yang tidak konvensional benar-benar menjadikan
dirinya tidak disenangi oleh seluruh kaum muslimin. Meskipun mengagumi
pengetahuan Al-razi, penuli-penulis sesudahnya mengecamnnya karena dia
berbicara secara terang-terangan tentang keunggulan akal atas wahyu.
C. Ibnu Sina
(980-1037)
Ibnu
Sina adalah seorang filosof yang benar-benar mandiri yang menegaskan arti
penting rasio. Meskipun mengenai beberapa hal dia menentang kaum mu’tazilah.
Ibnu Sina dianggap sebagai pembuat bid’ah di kalangan muslim ortodoks pada
zamannya maupun pada masa-masa sesudahnya. Seperti kaum ortodoks, kaum
fundamentalis sangat keras dalam menilai cendikiawan-cendikiawan muslim besar.
D. Ibn Rusyd
(1126-1198)
Selama
kebangkitan filosofis dan teologis yang besar pada abad pertengahan karya-karya
Ibn Rusyd kerap dinyatakan sebagai bid’ah dan dibakar oleh gereja dan kaum
muslim ortodoks. Seperti filosof-filosof lain sebelumnya, Ibn Rusyd
memanfaatkan kemarahan musuh-musuhnyauntuk menegaskan bahwa wahyu harus dibawah
rasio. Menurutnyya ibadah yang paling mulia ialah mengkaji keesaan Tuhan
melalui ciptaan_Nya, dengan menggunakan pikiran. Ibnu Rusyd mengemukakan suatu
skema yang jelas untuk tafsir Al-Qur’an, dengan
menggunakan analisis atas struktur bahasa yang kompleks.
E. Ibn khaldum
(1332-1406)
Berkebalikan
dengan mayoritas pakar Islam terkemuka abad pertengahan, Ibn Khaldun bukan
seorang pemikir bermazhab mu’tazilah; dia menolak asumsi-asumsi dasar kaum
Neo-platonis muslim seperti Al farabi dan Ibn Sina. Ontologi, emanasionisme dan
epistemologi mereka, menurutnya bertentangan dengan agama. Dari Ibn Khaldun kita
menerima hukum-hukum perilaku individu dalam masyarakat dan cikal-bakal
sosiologi. Ddia menjelaskan secara sistematis bagaimana topografi, demografi,
dan ekonomi berfungsi sebagai penentu sosiologis. Beberapa ulama ortodoks
menganggap Ibn Khaldun adalah seoorang yang sangar rasionalis, terutama ketika
dia menyatakan bahwa suatu agama yang didasrkan pada wahyu Ilahi mengharuskan
kesatupaduan tribaluntuk pemenuhan misinya. Lebih jauh lagi kaum cendikiawan
arab marah oleh rujukan-rujukannya yang kerap menyakitkan hati, kepada perilaku
kasar bangsa Arab, dan kepada fakta bahwa dia menisbatkan kejayaan zaman
keemasan kepada bangsa bukan Arab.
Bab
11 Mengapa Revolusi Ilmiah Tidak Terjadi Dalam Islam?
Pada
bab ini, penulis mengungkapkan lima pertimbangan perangkat sebab yang berbeda
disertai dengan penjelasannya yaitu:
1.
Sebab-sebab yang
berkaitan dengan masalah sikap dan filsafat;
Sikap
masyarakat Islama pasca zaman keemasan yang semakin utilitarian.
Utilitarianisme-gagasan berfikir yang didambakanhal-hal yang bermanfaat- adalah
bukan obsesi masyarakat Islam pada masa-masa awal tujuan intelektualnya.
2.
Sebab-sebab yang
berasal dari konsep pendidikan tertentu;
Konsep
pendidikan yang diterapkan pada masayarakat Muslim pada masa itu berorientasi
pada penghafalan, konsep ini mempunyai akar-akar yang dapat ditelusuri dalam
sejarah, yang bermula dengan kurikulum Nizhamiyah yang dirancang pada abad ke
11. Selain itu masayarakat Islam juga menerapkan konsep pembelajaran
tradisional dengan penekanannya penghafalan penuh.
3.
Sebab-sebab yang
merupakan konsekuensi sifat khusus hukum Islam;
Syari’ah
Islam memusuhi unsur-unsur kapitalisme yang penting, dan ini benar-benar
menjadi kendala bagi kemunculan perbankkan disepanjar proses modrnisasi yang
ditempuh bangsa-bangsa Eropa. Sekalipun perkembangan kapitalisme didunia muslim
didukung oleh hukum yang rasional, tidak dijumpai bukti bahwa dalam praktek
syariah saja mencegah dunia Muslim berkembang bersama kapitalisme. Oleh karena
itu upaya mencari sebab-sebab stagnasipada kebudayaan islam industrial modern
mustahil berhenti disini.
4.
Sebab yang dapat
ditelusuri kepada materi, atau kelemahan tatasosio-ekonomis tertentu seperti
kota-kota dan serikat-serikat dagang tertentu;
Di
dunia Muslim kota-kota terkontrol oleh dinasti-dinasti penguasa dan begitu pula
kehidupan niaga, transportasi dan militer. Artinya institusi-institusi kota
tidak berkembang atau hampir tidak mempunyai peran yang efektif dalam kehidupan
kota. Oleh karena itu bukannya menjadi suatu kesatuan yang padu, kota-kota di
dunia Arab dan India Moghul seperti sekumpulan yang masing-masing tempatnya
tersekat, yang heterogen yang mengatur di masjid-masjid dan fasilitas-fasilitas
lain yang dimiliki ummat.
5.
Sebab yang
berasal dari sifatt khus dalam politik dalam Islam;
Umat
Islam tidak mempunyai gereja dan tidak mempunyai pusat ormal otoritas relizius
yang zalim, sehingga tingkat perkawanan kaum ilmuan dan pemikir Islam lebih
rendah ketimbang di Eropa. Kenyataan ini dapat dinisbatkan dengan sifat Islam
yang meneerima kebebasan interpretasi yang lebih besar atas ajaran agama. Namun
kebebasan ini mengarah kepada lenyapnya otoritas politis-religius pusat yang
dapat menyelesaikan pertikaian-pertikaian.
Bab
12 Renungan Untuk Masa Depan
Alih-alih
program yang dicanangkan kaum ortodoks yang diperlukan adalah kerangka berfikir
dan bertindak yang didasrkan pada sains dan pemikiran Ilmiyah namun selaras
dengan kebudayaan ummat Muslim yang diwarisi dari ummat Muslim zaman dahulu.
Adapun program-program tersebut ialah:
1.
Rasional
berupaya menemukan solusi yang parsial dan bertahap bagi prolem-problem yang
kita hadapi dan menangani problem-problem tersebut dalam cara yang sistematis,
logis dan realistis.
2.
Memerangi
kecendrungan mencampuradukkan modernisasi dan wesrternisasi. Untuk menjadi
modern atau melakukan dikotomi modernitas-tradisionalisme kita tidak perlu
menjadi Barat.
3.
Perlu dinyatakan
suatu pernyataan dalam meneruskan penentangan terhadap sains modern sebagai
suatu upaya epistemologis, meskipun perdebatan mengenai tujuan-tujuan
utilitariannya pasti berlanjut.
4.
Langkah yang
sebenarnya menuju modernitas mensyaratkan partisipasi masyarakat dalam
perencaan dan pelaksanaannya setiap kali ini merupakan pilihan yang tersedia.
Penulis
menekankan bahwa buku ini tidak berusaha mencari suatu penilaian atas agama
islam dengan mengacu pada keterbelakangan negeri-negeri Muslim dalam sains.
Pertama, ada konsensus yang dominan dikalangan kaum Muslimin bahwa Islam dalam
bentuk sejatinya sekarang ini tidak dipraktekan di manapun didunia. Jadi,
menurut pandangan ini tidak mungkin terjalin hubungan antara reallitas masa
kini dan islam yang sesungguhnya. Kedua ada berbagai penafsiran atas Islam yang
memberi peluang bagi munculnya sekularisme, dan karena keselaarasan penafsiran
tersebut dengan pemikiran Ilmiah. Ketiga, keberhasilan material para penganut
suatu agama jelas tidak mengatakan sesuatu tentang kebaikan atau kebenaran
agama tersebut.
Apendiks
Sains Islam
Akhir-akhir
ini muncul suatu perwujuda baru religiusitas ortodoks yang luar biasa, yang
pada dasarnya merupakan upaya memperluas lingkup islamisasi di pakistan jauh
melampaui bidang yang berkenaan degan masalah-masalah kemasyarakatan sampai ke
bidang yang berkenaan dengan fenomena fisikal: sains islami.
Sesungguhnya
sains Islami tidak lain adalah pemakaian kata sains secara keliru. Sains Islam
muncul sebagai akibat dari kebangkitan kembali ortodoksi di negeri-negeri
Muslim. Bagaimanapun sains Islami bukanlah fenomena yang khas pakistan, Mesir,
Saudi Arabia, dan Malaysia juga merupakan pusat-pusat yang luar biasa aktif.
Namun sains Islami tidak terbatasi oleh batas-batas negara.
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
A.
Kelebihan
buku
1.
Urutan pokok
pembahasannya sangat tepat sehingga mempermudah pembaca memahami isi atau alur
tujuan dari buku ini.
2.
Referensi dari
buku ini dicantumkan di setiap bab, hal ini mempermudah pembaca untuk memahami
isi buku ini dan menggali pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan buku ini.
3.
Penjelasan dari
setiap masalah dalam buku ini cukup jelas karena penulis memaparkannya dengan
disertai contoh-contoh yang relevan.
B.
Kekurangan
buku
1. Penulis
tidak memakai bahasa yang mudah dipahami oleh setiap kalangan. Bahasa yang
digunakan terlalu tinggi pada isi buku ini.
2.
Penulis tidak
menyatakan secara eksplisit apa yang menjadi obat bagi situasi yang terjadi
pada isi buku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar