Kamis, 11 Oktober 2012

ISLAM DAN SAINS (PERTARUNGAN MENEGAKKAN RASIONALITAS)


                                   ISLAM DAN SAINS       
(PERTARUNGAN MENEGAKKAN RASIONALITAS)
Review Buku Karangan Pervez Hoodbhoy


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah Keterpaduan Islam dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Dosen pengampu: Edy Candra,S.Si, MA











Disusun oleh:
IRA CINDRIANA
NIM: 59461240

Biologi C/VII





JURUSAN IPA BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SHEKH NURJATI CIREBON
2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.    IDENTITAS BUKU
JUDUL BUKU            : ISLAM DAN SAINS (PERTARUNGAN MENEGAKKAN RASIONALITAS)
PENGARANG             : DR. PROF PERVEZ HOODBHOY
PENERBIT                  : PUSTAKA BANDUNG
TAHUN TERBIT         : 1997

B.     Latar Belakang dan Gambaran Buku
Dr. Prof Pervez Hoodbhoy mengungkapkan bahwa penulisan buku ini bukanlah untuk memenuhi rencana penulisan sebuah buku yang sudah lama dicanangkan. Tepatnya dorongan keadaanlah yang memancing dan memaksa Pervez Hoodbhoy menulisnya. Gagasan yang terdapat dalam buku ini berawal dari suatu ceramah mengenai Islam dan sains yang atas prakarsa lembaga pendidikan Lahore yang disampaikan pada bulan Mei 1984.
Buku ini di tulis oleh Dr Prof Pervez Hoodbhoy dan di terbitkan oleh peneerbit PUSTAKA Bandung pada tahun 1417 H-1997M. Isi buku ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama terdiri atas bab-bab yang melukiskan situasi sains dan pendidikan di dunia muslim. Bagian kedua mengisahkan sejarah sainsdalam Islam, serta sains-sains seperti yang ditafsirkan dalam periode Zia-ul Haq di Pakistan. Dalam buku ini memuat beberapa pertimbangan-pertimbangan penting untuk membangun sains dan teknologi negeri-negeri Islam kita.
C.  Biografi penulis
Dr Prof Pervez Hoodbhoy Amirali (lahir 11 Juli 1950) adalah terkenal Pakistan fisikawan nuklir, esais dan politik-pertahanan analis. Dia adalah profesor fisika nuklir dan energi tinggi, dan kepala Departemen Fisika di Quaid-e-Azam University, Islamabad, Pakistan. Ia lulus dan juga menerima PhD dari MIT dan terus melakukan penelitian dalam fisika partikel. Ia menerima Penghargaan Baker untuk Elektronik pada tahun 1968, dan Abdus Salam Prize untuk Matematika pada tahun 1984.
Hoodbhoy juga seorang aktivis lingkungan dan sosial terkemuka dan rutin menulis tentang berbagai isu sosial, budaya dan lingkungan. Dia adalah lawan yang gigih Islam militan di Pakistan dan advokat untuk demokrasi di negara ini.


BAB II
INTISARI BUKU
Bab.1 Apakah Islam dan Sains Bisa Rukun?
Sains dan agama merupakan dua entitas yang berbeda, namun keduanya sama-sama memiliki peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Keterbelakangan dalam sains adalah satu bagian penting dari krisis yang mengungkung dunia Muslim, dan hal itu jelas mematikan bahwa hegemoni politis, ekonomis dan intelektual Barat kemungkinan besar masih akan terus menjajah dunia muslim yang akan datang, dalam waktu yang sukar diperkirakan. Menjelang abad ke-21, masih sulit melihat suatu gerakan berskala besar ke arah kebudayaan yang didasarkan pada sains di suatu negeri Muslim.
Keingintahuan dan semangat ingin maju merupakan modal yang dimiliki oleh orang barat, bebas melakukan berbagai kajian, eksperimen dan berani mencoba sesuatu yang baru adalah hal yang dilakukan mereka guna menemukan ilmu maupun teori baru. Mereka mempunyai keyakinan hanya dengan pendidikanlah suatu bangsa dapat maju sekaligus bermartabat, dan mereka telah membuktikannya. Sehingga yang terjadi kemudian adalah; secara historis, peradaban Islam telah membayar mahal atas kegagalannya memperoleh sains baru, dan tak pelak kegagalan tersebut dapat menjelaskan kemunduran peradaban Islam dan meningkatnya peradaban barat selama ratusan tahun.
Agama dan Sains tidak selamanya berada dalam pertentangan dan ketidaksesuaian. Banyak ilmuwan yang berusaha mencari hubungan antara keduanya. Islam adalah agama yang sangat menganjurkan umatnya untuk mengerahkan segala kemampuannya dalam menggunakan akalnya serta memikirkan segala apa yang ada di alam semesta ini. Al-Qur’an bukanlah kitab sains, tetapi segala pengetahuan tentang sains hendaknya dirujukkan kedalam Al-Qur’an. Al-Qur’an secara eksplisit telah menerangkan tentang segala apa yang ada dan terjadi dibumi ini dan dengan sains lah kita membuktikannya. 
Bab.2 Sains: Hakikat dan Asal-mulanya
Sains dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mencari kebenaran berdasarkan fakta atau fenomena alam. Sains pada wilayah yang sempit atau spesifik dapat dipahami sebagai ilmu pengetahuan alam dan pada tataran yang luas dipahami sebagai sagala macam disiplin ilmu pengetahuan.
Kelahiran sains moden telah bermula sejak dari zaman tamaddun Islam lagi tetapi kemuncaknya ialah methodologi yang lebih saintifik dalam membuat ujian, penemuan dan ciptaan. Selepas Copernicus, seorang ahli astronomi berbangsa Poland, dunia tidak lagi dianggap sebagai pusat cakerawala tetapi hanyalah sebuah dari banyak planet yang mengelilingi sebuah bintang di satu sudut galaksi. Manusia mula menyedari bahawa mereka bukanlah pusat segala ciptaan, tetapi hampir tidak bermakna jika dibandingkan dengan ciptaan alam semesta ini. Terdapat banyak lagi ahli-ahli dalam bidang-bidang sains yang berjaya membuat penemuan baru selepas mereka bebas dari cengkaman kuasa gereja Kristian di zaman pertengahan.
Dengan penemuan-penemuan yang baru dalam Revolusi Saintifik, maka lumpuhlah kuasa Gereja dan seterusnya menukar konsep Tuhan di dalam theologi Kristian. Anehnya, penemu-penemu tersebut (seperti Descartes, Galileo,Voltaire dan Newton) bukanlah orang yang tidak beragama. Sebaliknya mereka juga penganut agama Kristian yang kuat. Malah mereka berpendapat bahwa hukum alam ini tidak akan sempurna tanpa wujudnya satu Tuhan atau Pencipta. Tetapi bagi mereka Tuhan ini berbeza dengan Tuhan yang mereka pernah pelajari yang tugasnya hanya memakbul doa manusia yang meminta atau melakukan mukjizat untuk orang-orang tertentu. Mereka kini mempercayai bahawa Pencipta itu adalah yang mengatur pergerakan alam yang amat kompleks ini mengikut hukum-hukum tertentu.  
Bab.3 Pengaruh Sains Islam terhadap Konsepsi Kristen Abad Pertengahan
Dunia ilmu modern telah mengumpulkan bukti-bukti yang memperlihatkan tanpa ragu bahwa pengaruh sains islam di barat mulai mewujudkan dirinya sejak abad keempat/kelima, dan melebar hingga periode pasca-Renaisains. Dalam bahasan kali ini menandai puncak aktivitas gerakan penerjemahan periode abad pertengahan, yang berupaya untuk mendapatkan naskah-naskah para sarjana Muslim yang berbahasa arab ke bahasa latin. Dan  kedua, dalam abad inilah terjadi perubahan intelektual terbesar di barat, perubahan yang sangat erat kaitannya dengan perkembangan ilmiah barat setelah itu. Filsafat Alam di Barat Kristen Sebelum Masuknya Pengaruh Islam. Setiap tradisi religius yang integral memiliki dimensi teologis maupun gnostik dan metafisik. Kristen pun demikian. Dalam setiap kajian menyangkut pengetahuan tentang alam dalam agama Kristen pada awal abad Pertengahan,ada dua istilah dimensi yang secara berurutan diistilahkan sebagai eksoterik dan esoterik. Jenis sains tentang alam yang betul-betul Kristiani, baik dalam tujuan maupun anggapan-anggapannya, lebih diasosiasikan dengan dimensi kontemplatif dan metafisik Kristen ketimbang dimensi teologisnya. Perlu ditekankan di sini bahwa yang dimaksud dengan gnosis bukanlah jenis gnostisisme yang dilarang sebagai bid’ah oleh Dewan Kristen, tetapi lebih sebagai pengetahuan yang terpadu dan tercerahkan yang memiliki fungsi penyelamat dan tidak dapat dipisahkan dari cinta kepada Tuhan sebagai pengalaman religius dan spiritual. Dan yang dimaksud dengan teologi adalah pertahanan rasional terhadap ajaran-ajaran keimanan.
Dalam setiap agama yang berteraskan orthodoks, termasuk Islam fundamentalis, kerap tidak senang kepada kaedah atau penemuan sains. Tetapi di dalam sejarah, Kristian orthodokslah yang menjadi seteru sains untuk jangka masa yang paling lama. Seribu tahun sebelum zaman Renaissance, Eropah dikuasai cengkaman kuku besi Gereja Kristian. Sikap Gereja yang tidak ada tolak ansur, prejudis, syak wasangka dan berkepercayaan tahyul (superstitious) telah membantut perkembangan sains. Akibat syak wasangka kepada pemikiran bebas, pihak gereja menindas semua ajaran yang tidak selari dengan ajaran gereja. Akibatnya banyak orang-orang yang disyakki ahli sihir atau penyeleweng agama telah dibunuh dengan pelbagai cara yang mengerikan: ada yang diikat antara dua ekor kuda dan dikoyak dua, ada yang digantung atau dibakar hiduphidup.
Mengapakah gereja begitu tegas menindas manusia yang mempunyai idea-idea baru tetapi berbeda dengan pendapat gereja? Antara sebab-sebabnya ialah:
  1. Gereja telah menentukan setiap peraturan sosial masyarakat, termasuk ritual sembahyang, makan dan minum, berkahwin dan seks. Agama Kristian zaman pertengahan merupakan peraturan hidup lengkap yang ditentukan oleh gereja.
  2. Kepatuhan kepada peraturan-peraturan di atas bergantong, dengan keupayaan gereja menguatkuasakannya, kepada pengikut-pengikut Kristian tanpa soaljawab.
  3. Pelanggaran kepada peraturan-peraturan tersebut, sama ada oleh sains atau lain-lain, boleh meruntuh dan memecahkan keseluruhan peraturan sosial pada masa itu.
  4. Sains dan pemikiran bebas dianggap sebagai ancaman dan perlu diharamkan.
Penindasan pemikiran saintifik oleh gereja zaman pertengahan merupakan titik hitam kepada peradaban manusia. Berikut adalah beberapa kisah pertentangan di antara sains dengan gereja:
  1. Doktrin yang mengatakan bumi ini adalah spiar (sphere) telah ditentang hebat oleh gereja. Alasannya ialah tidak masuk akal pokok-pokok tumbuh terbalik, atau hujan dan salji jatuh ke atas.
  2. Mengikut fatwa St Paul penyakit merupakan kerja jahat syaitan. Pada pandangan gereja hantu-hantu adalah penyebab kemarau, ketidaksuburan pokok-pokok, pencemaran udara. Hantu-hantu ini berterbangan di bawah awan dan tertarik kepada darah dan wangian yang dipersembahkan kepada mereka sebagai tuhan-tuhan oleh manusia.
  3. Wabak penyakit, seperti cacar dan kepialu adalah bala Tuhan. Inokulasi melawan wabak berkenaan telah diharamkan oleh gereja dengan alasan bahawa cacar merupakan balasan dosa-dosa manusia terhadap Tuhan.
  4. Halangan yang serius terhadap perkembangan sains perubatan ialah pengharaman membedah mayat-mayat. St. Augustine mengecap mereka sebagi tukang sembelih (butchers). Gereja juga beranggapan bahawa ‘menganiaya’ mayat-mayat boleh membawa akibat yang buruk apabila mayat-mayat akan dihidupkan semula pada hari kiamat.
  5. Gereja mengatakan bahawa komet (tahi bintang) merupakan bola api yang dilemparkan oleh Tuhan kerana marah kepada kezaliman manusia di dunia.
  6. Ribut taufan adalah perbuatan syaitan-syaitan. Oleh itu ritual ‘pembersihan’ (exorcism) telah digunakan untuk melawan kuasa angin dengan membaca mentera-mentera dan membunyikan loceng-loceng gereja.
  7. Mengikut kepercayaan gereja, kilat petir adalah disebabkan oleh 5 dosa manusia:. Enggan bertaubat, Banyak membuat kesalahan, Tidak membaikki gereja-gereja yang rosak,  Penipuan apabila membayar ‘zakat’ kepada paderi-paderi, Penindasan ke atas orang bawahan.
Ada Pope yang mengatakan bahawa kilat petir itu adalah ‘jari Tuhan’. Dalam tahun 1752 Benjamin Franklin membuat ujian dengan layang-layang dan membuat penemuan bahawa kilat petir itu adalah kuasa elektrik. Penemuan ini ditentang oleh gereja sehinggakan mereka tidak menerima cadangan untuk melindungi bangunan tinggi, terutamanya gereja, dari panah petir dengan menggunakan ‘lightning rod’. Akibatnya banyak gereja, yang tidak mempunyai pelindung petir, telah rosak dan ramai tukang bunyi loceng (bell ringers) mati kena panahan petir.
Bab.4 Keadaan Sains di Negeri-negeri Muslim Dewasa ini
Keterpurukan dunia Islam dalam berbagai bidang, khususnya sains dan teknologi ini terlihat dari lambatnya kemajuan teknologi dan sains pada Negara-negara muslim. Hoodbhoy, memaparkan beberapa indikator ketertinggalan negara Muslim dalam beberapa indikator perkembangan sains dan teknologi, dengan fakta-fakta statistik dari bank dunia, antara lain:  bidang manufaktur, bidang permesinan dan alat transpostasi,  Jumlah karya Ilmiah,  kontribusi terhadap karya-karya ilmiah dunia,  pengembangan ilmu-ilmu murni (fisika, kimia, matematika), publikasi ilmiah, lembaga/institusi pendidikan.
Sekiranya kita naik pesawat dan terbang diruang angkasa negara-negara Islam, dari Karachi ke Tehran dan dari Dubai ke Riyadh, kita akan dapati banyak persamaan. Yang dimaksudkan persamaan ini bukanlah persamaan dari segi akidah, tetapi persamaan dari segi teknologi Barat dalam bentuk bangunan yang tinggi, lapangan terbang, lebuhraya yang sesak dengan kenderaan, antenna TV, dll. Teknologi yang digunakan untuk menjana ekonomi negara-negara masingmasing, seperti mencarigali minyak, menggerudi, menapis dan pengangkutannya juga diimpot. Negara-negara Barat memberi kemudahan kepada negara-negara pengeluar bahan mentah ini menukar dengan barangan yang telah siap dikilang, seperti kapal terbang, senjata, peluru, sehinggalah kepada pembuka tin. Allah Ta’ala telah mengurniakan kepada negara-negara Islam kekayaan minyak mentah. Namun setelah dikaji, simpanan bekalan minyak ini bukanlah untuk selamanya kerana lambat laun ia akan habis juga. Buat masa ini negara-negara pengeluar minyak ini menggunakan kekayaan tersebut untuk membiayai keperluan negara masing-masing, sama ada untuk keperluan domestik atau peperangan. Telah dibuktikan oleh sejarah bahawa masyarakat yang tidak produktif akan menghadapi kehancuran dan seterusnya akan dipinggirkan. Justeru, telah banyak kedengaran diperkatakan bahawa negara-negara Islam atau Dunia Ketiga perlulah melakukan pemindahan teknologi daripada negaranegara maju. Pada masa yang sama terdapat juga suara-suara yang mendakwa bahawa ada konspirasi dunia Barat untuk memastikan negara-negara Islam tidak akan maju dan mesti terbelakang dari segi teknologi.
Penelitian dan pengembangan ilmiah dan karenanya pertumbuhan atau kemerosotan sains sebagai institusi dalam masyarakat tidak bisa tidak pasti berkaitan dengan pendidikan. Dalam kenyataannya, ungkapan terakhir filsafat yang dianut suatu masyarakat dapat diketahui dari cara masyarakat tersebut mendidik generasi mudanya. Disinilah kita benar-benar menghadapi masalah apakah pendidikan harus dijadikan sebagai alat transformasi untuk memodernisasikan masyarakat, atau apakah ia pada prinsipnya harus berupaya melestarikan tradisi. Tanpa mendiskusikan-karena akan didiskusikan belakangan-dimensi-dimensi yang lain, seperti tujuan, kualitas dan metode, marilah kita pertama-tama melihat skala pendidikan di negeri-negeri Muslim dewasa ini.
Bab.5 Respon Kaum Muslimin terhadap Keterbelakangan
Di kalangan kaum Muslimin, respons kaum restorasionis merupakan jenis respons yang tampak paling jelas dewasa ini. Mereka berupaya mengembalikan versi tertentu kejayaan masa lalu, dan menisbatkan seluruh kegagalan dan kekalahan pada penyimpangan dari jalan yang benar.
Posisi kaum rekonstruksionis-yang bertolak belakang dengan anti sains dan anti modernisme jahat kaum ortodoks. Pada dasarnya berupaya menginterpretasi ulang keyakinan dengan maksud mencari titik temu antara tuntutan-tuntutan peradaban modern dengan ajaran dan tradisi islam.
Ada bukti tak terbantah bahwa kaum pragmatis Muslimlah yang merupakan mayoritas Muslim pendiam dewasa ini. Lebih suka memperlakukan ajaran-ajaran agama termasuk iman sebagai pada dasarnya tidak berkaitan dengan kepedulian langsung terhadap kehidupan politik dan ekonomi. Kaum pragmatis menggunakan sains dan pengetahuan sekular sebagai alat berpuas diri dengan keyakinan semu bahwa Islam dan modernitas tidak berbenturan, tetapi pada saat yang sama enggan untuk menelaah isu-isu seperti itu secara seksama. 
Bab.6 Bucaille, Nasr, dan Sardar: Tiga Komponen dalam Sains Islam
Bucaille tampaknya benar-benar puas dengan metodologinya, kaum musimin yang hendak mengkompromikan akal dengan wahyu pasti segera melihat paling tidak dua kekurangan dalam diskusinya, meskipun mereka menerima sifat ilhiah Quran. Sedangkan
Sayyed Hossein Nasr berpandangan bahwa sains tradisional Islam di masa lalu
sebagai sains islami. Seyyed Hossein Nasr menggunakan istilah “ilmu pengetahuan Islam” sebagai sistem ilmu pengetahuan yang secara amat kental disusupi oleh metafisika Islam. Namun semangat tingginya sebagai seorang tradisionalis menjadikan apa yang ada dalam sejarah sebagai model ideal bagi “ilmu pengetahuan Islam”, yang baginya masih hidup hingga kini dan mesti dilestarikan. Sardar menekankan penguasaan epistemologis dalam membangun kerangka sains atau pengetahuan Islam. Sehingga menurutnya sains islami
masih harus dikonstruksi setelah membongkar sains modern yang ada.
Bab. 7 Apakah Sains Islami Dimungkinkan?
Sains Islam itu tidak wujud dan semua usaha untuk membuat sains Islam telah gagal. Sebaliknya, sains moden amat nyata kewujudannya. Tanpanya kilang tidak dapat berfungsi, tentera tidak dapat berperang, penyakit tidak dapat dirawat. Dengan sains moden gambar dapat dihantar beribu batu dalam sekelip masa, pesawat jet dapat terbang melintasi benua, jantung yang rusak dapat diperbaiki, berbagai spesis pokok dan binatang boleh dikaji dan diperbaiki di dalam makmal.
Belum ada sains Islam yang boleh digunakan untuk membina sebarang mesin atau perkakas, atau memproses bahan kimia untuk perubatan, atau membuat penemuan yang baharu. Sebaliknya, mereka yang mendakwa pengamal sains Islam hanya sibuk dengan persoalan yang tidak bersangkutan dengan sains itu sendiri, seperti berapa kelajuan di Syurga, suhu di dalam Neraka, komposisi jin, formula untuk mengira kemunafiqan atau perbincangan Mikraj Rasulullah s.a.w. dengan menggunakan kaedah tiori relativiti Einstein. Keduanya, sekadar menetapkan set prinsip moral dan agama (theology), betapa tinggi sekali pun darjahnya, tidak akan dapat mencipta sains yang baru. Contohnya, saintis A beragama Islam, saintis B menganuti agama berbagai tuhan dan saintis C seorang atheis. Ketiga mereka ini terlibat dalam satu bidang kajian fiziks yang kompleks dan memerlukan banyak pengiraan matematik dan tiori. Walaupun mereka mempunyai kepercayaan yang berbeda, apa yang akan dinilaikan adalah hasil kajian mereka secara professional dalam bidang yang dikaji. Justeru, pegangan agama tidak memain peranan dalam hasil kajian mereka. Seorang Muslim bernama Abdus Salam telah berkongsi Hadiah Nobel pada tahun 1979 bersama Steven Weinberg, seorang atheis, dalam bidang fiziks. Satu lagi contoh ialah, kajian Galileo dan Newton. Kedua-dua mereka adalah orang-orang yang alim dalam agama Katholik, tetapi hasil kajian mereka bercanggah dengan pendapat gereja sehinggakan Galileo pernah dijatuhi hukuman bunuh. Tetapi hasil kajian sains mereka tetap sains. Ketiganya, tidak pernah dan masih belum wujud takrif sains Islam yang boleh diterima oleh orang-orang Islam sendiri. Sejak dari dahulu kala lagi terdapat perbedaan pendapat di antara orang-orang Islam berkenaan sains. Tetapi dikira bernasib baik kerana Islam orthodoks tidak memegang tampuk pemerintahan untuk mengekang perkembangan sains. Dalam zaman ini juga terdapat masalah
perbedaan di antara sektarian Islam, termasuk di kalangan negara-negara Islam.  Contohnya, Iran telah memulau semua muktamar dalam sains Islam. Justeru, ungguh sukar untuk mendapat apa-apa persetujuan tentang takrifan sains Islam. Pendek kata, sains adalah sains dan tidak ada sains Islam atau sains Marxist, atau sains Dunia Ketiga. Usaha untuk mencari takfir baru berkenaan sains akan bertemu jalan buntu. Sememangnya perkembangan dan kepakaran sains di Dunia Ketiga amat rendah.
Jadi tidak perlulah kita mencari sains baru. Sememangnya pada masa ini sains berjaya meningkatkan pengeluaran tetapi gagal dalam pengagihan kekayaan. Tetapi keadilan ini bukanlah di dalam ruang lingkup sains. Apa yang perlu dilakukan oleh negara-negara Dunia Ketiga ialah melengkap dan meningkatkan kemahiran sains.
Bab 8 Kelahiran sains muslim
Pada puncaknya, sekitar seribu tahun yang lalu, dunia muslim bemberikan kontribusi yang luar biasa kepada sains, terutama matematika dan kedokteran. Baghdad dimasa kejayaannya dan sepanyol selatan membangun universitas-universitas yang di datangi ribuan mahasiswa. Para penguasa mengitari diri mereka dengan ilmuan-ilmuan dan seniman-seniman. Semangat kebebasan umat yahudi, kristen dan muslim bekerja sama. Namun dewasa ini semua hanya kenang-kenangan. Capaian ilmiah masa awal luar biasa signifikan. Sekalipun satu meleniaum telah berlalu, sementara orang-orang benar-benar beranggapan bahwa kunci yang bakal membuka pintu-pintu menuju aman keemasan yang lain terletak disuatu tempat disepanjang gelap menuju masa lampau. Apabila duduk persoalannya berhasil ditemukan maka kaum muslim akan mengetahui apa yang mesti dilakukan dimas mendatang. Karenanya selam 200 tahun terakhir hingga kini umat muslim disibukkan dengan mengidentifikasi sebab-sebab merosotnya peradaban.Zaman keemasan menjadi pertahan kokoh sejumlah besar naseha Al Quran dan nabi untuk mencari pengetahuan, dan nasehat ini dipahami secara khusus sebagai perintah-perintah untuk memperleh pengetahuan yang ilmiah dalam pengertian modern. Telah menjadi agak lazim menemukan penegasan-penegasan bahwa 750 ayat Al-Quran yang adalah hampir seperdelapan dari seluruh kandungan kitab suci ini.menganjurkan kaum muslimin mengkaji alam dan mencari sains modern. Jadi keberhasilan zaman keemasan dalam sains membuktikan bahwa islam mendukung sains sepenuhnya, dan bahwa pencarian sain merupakan tugas relijius dan juga kebutuhan pragmatis.
Sejarah sains dalam dunia muslim lama penting bagi masa depan sains dan peradaban islam dewasa ini. Oleh sebab itu kaum muslim perlu masuk kedalam suatu perdebatan tentang sejumlah isu yang diengketakan. Adapaun isu-isu tersebut yang memiliki arti penting diantaranya:
1.      Apakah sains yang dikembangkan kaum muslimin khas islami, dan karenanya layak dinamakan sains islami? Atau apakah ia universal dan karenanya lebih tepat dikatakan sains muslim?
2.      Benarkah bahwa tesis sains zaman keemasan dikembangkan terutama oleh bangsa arab? betapa penting peran para cendikiawan bukan muslim dan bukan arab?
3.      Apakah istitusi-institusi utama dalammasyarakat muslim abad pertengahan benar-benar menerima dan memahami sains-sains yang rasional?
Ketiga isu diatas akan terjawab dalam bembahasan selanjutnya dalam bab ini:
1.      Sains islami atau sains muslim?
Untuk menjawab pertanyaan diatas, buku ini memberikan beberapa contoh ilmu sains diantaranya ilmu matematika, fisika dan kimia. Misalnya kaum muslimin mempergunakan pengetahuan mereka mengenai angka india untuk menemukan sistem desimal angka modern; abul wafa merumuskan teori sinus dalam trigonometri; omar khayan mengembangkan solusi geometri yang berkenaan dengan persamaan-persamaan pangkat tiga dll.sementara diperlihatkan bahwa kecintaan kepada matematika dikaitkan langsung dengan doktrin keesaan (tawkhid)jelas bahwa kebudayaan-kebudayaan lain juga mengembangkan matematika yang identik dengan yang dikembangkan di dunia muslim. Jadi tidak ada sesuatu pun dalam matematika muslim yang dapat disebut sebagai matematika islami. Dengan kata lain sains yang berkembang adalah sains muslim bukan sains islami.
2.      Adakah sains dalam zaman keemasan sains arab?
Pada zaman keemasan sains yang berkembang menggunakan bahsa arab, tanpa memperhatikan asal sarjana teersebut. Sehingga sains yang ada disebut sains arab.
3.      Apakah sains diterima oleh masyarakat muslim abad pertengahan?
Sains meerupakan inisiaatif pribadi sarjana-sarjana dengan dukungan penuh dari kelas bangsawan tercerahkan, dan sains menjadi mata kajian esoteris yang terbatas pada kelas atas yang tercerahkan dalam masyarakat muslim, ini menunjukan bahwa sains diterima oleh masyarakan muslim pada abad pertengahan.
Bab 9 Ortodoksi Relijius Menghadapi Sains Muslim
Kemerosotan sains dalam kebudayaan yang dibarengi dengan peningkatan rasa beragama yang mantap membuat semakin sulit lahirnya pengkajian sains sekular. Untuk sampai pada sumber reaksi kaum ortodoks terhadap sains kita perlu melangkah mundur kira-kira 1300 tahun menjelang abad pertama islam.adapun ortodoksi relijius dalam dalam menghadapi sains muslim yaitu Termotivasi oleh penguasaan yang belum lama dicapai atas silogisme Yunani, sarjana-sarjana muslim awal dengan cepat memakai sebagai argumentasi keagamaan. Penerapan utama pertama ialah atas perdebatan retoris antara pendukung-pendukung paham kehendak bebas dan mereka yang meyakini predestinasi.
Selama periode tertentu, penganut-penganut paham kehendak bebas seperti kaum Qadariyah dihukum gantung dan dianiaya oleh penguasa umayah yang menentang paham kehendak-bebas. Tapi doktrin tersebut tidak bisa ditekan. Doktrin tersebut menjadi nyata dan mazhab pemikiran mu’tazilah yang dilahirkannya.
Mu’tazilah merupakan kaum yang terlahir dari pertikaian berdarah antara penganut paham kehendak-bebas dan penganut paham presidentinasi, kaum mu’tazilah merupakan suatu aliran radikal filosof-filosof rasional. Kaum mu’tazilah berusaha mengakurkan agama dan akal. Kaum mu’tazilah merupakan kaum yang melawan ortodoksi, dalam tindakan mereka mencari dukungan-dukungan logis dan filosofis bagi akidah islam, kaum mu’tazilah mengajukan argumen-argumen yang didasarkan pada etika dan akal, meskipun merea jelas mendukung posisi mereka dengan menggunakan ayat al-quran.
Ketika ortodoksi menjadi sumber energi tahap awal sains dan pengkajian islam, sikap rasionalis dan sekular, tradisi hellenistik pada akhirnya berhadapan langsung dengnan ortodoksi relijius. Segera menjadi kenyataan bahwa pengetahuan klasik (ulum al-awa’il) disamakan dengan bid’ah oleh kaum ortodoks, dan filsafat dicuragai. Bersamaan dengan berjalannya waktu sikap-sikap yang menentang pengkajian sekular semakin keras, sekitar abad ke 12 mazhab-mazhab pemikiran yang konservatif dan anti rasionalis hampir benar-benar mengikis pengaruh mu’tazilisme.perlawanan ortodoksi tradisional terhadap ulum al awa’il dan sains-sains rasional terungkap, tapi semua perlawanan tersebut tidak begitu berarti dan tidak mempengaruhi asimilasi sains kedalam masyarakat muslim. Namun muncul titik balik ketika ulama ortodoks yang terbesar dan paling berpengaruh Al Ghazali mngarahkan kaum ortodoks kepada kemenangan akhir denngan memberi mereka kekuasaan politis.
Bab 10 Lima Pakar Besar
A.    Al Kindi (801-873)
Sebagai orang yang mempunyai pemikiran yang rasional, Al Kindi mengusulkan bahwa yang terkandung dalam kitab suci, yang interprestasi literalnya berbenturan dengan realitas, harus dipahami sebagai alegori-alegori untuk membimbing ulul albab. Al-Kindi dan sebagian besar filosof kuna percaya ada dua kebenaran: pertama kebenaran untuk rakyat awam dan kedua kebenaran untuk kaum intelektual.
B.     Al Razi (865-925)
Al-Razi dikenal karena tulisan-tulisannya yang berkenaan dengan biologi. Al razi menegaskan bahwa Tuhan menciptakan manusia dan menanamkan akal-Nya pada diri manusia, sehingga memungkinkan manusia memahami alam semesta. Pandangan-pandangan Al Razi yang tidak konvensional benar-benar menjadikan dirinya tidak disenangi oleh seluruh kaum muslimin. Meskipun mengagumi pengetahuan Al-razi, penuli-penulis sesudahnya mengecamnnya karena dia berbicara secara terang-terangan tentang keunggulan akal atas wahyu.
C.    Ibnu Sina (980-1037)
Ibnu Sina adalah seorang filosof yang benar-benar mandiri yang menegaskan arti penting rasio. Meskipun mengenai beberapa hal dia menentang kaum mu’tazilah. Ibnu Sina dianggap sebagai pembuat bid’ah di kalangan muslim ortodoks pada zamannya maupun pada masa-masa sesudahnya. Seperti kaum ortodoks, kaum fundamentalis sangat keras dalam menilai cendikiawan-cendikiawan muslim besar.
D.    Ibn Rusyd (1126-1198)
Selama kebangkitan filosofis dan teologis yang besar pada abad pertengahan karya-karya Ibn Rusyd kerap dinyatakan sebagai bid’ah dan dibakar oleh gereja dan kaum muslim ortodoks. Seperti filosof-filosof lain sebelumnya, Ibn Rusyd memanfaatkan kemarahan musuh-musuhnyauntuk menegaskan bahwa wahyu harus dibawah rasio. Menurutnyya ibadah yang paling mulia ialah mengkaji keesaan Tuhan melalui ciptaan_Nya, dengan menggunakan pikiran. Ibnu Rusyd mengemukakan suatu skema yang jelas untuk tafsir Al-Qur’an, dengan  menggunakan analisis atas struktur bahasa yang kompleks.
E.     Ibn khaldum (1332-1406)
Berkebalikan dengan mayoritas pakar Islam terkemuka abad pertengahan, Ibn Khaldun bukan seorang pemikir bermazhab mu’tazilah; dia menolak asumsi-asumsi dasar kaum Neo-platonis muslim seperti Al farabi dan Ibn Sina. Ontologi, emanasionisme dan epistemologi mereka, menurutnya bertentangan dengan agama. Dari Ibn Khaldun kita menerima hukum-hukum perilaku individu dalam masyarakat dan cikal-bakal sosiologi. Ddia menjelaskan secara sistematis bagaimana topografi, demografi, dan ekonomi berfungsi sebagai penentu sosiologis. Beberapa ulama ortodoks menganggap Ibn Khaldun adalah seoorang yang sangar rasionalis, terutama ketika dia menyatakan bahwa suatu agama yang didasrkan pada wahyu Ilahi mengharuskan kesatupaduan tribaluntuk pemenuhan misinya. Lebih jauh lagi kaum cendikiawan arab marah oleh rujukan-rujukannya yang kerap menyakitkan hati, kepada perilaku kasar bangsa Arab, dan kepada fakta bahwa dia menisbatkan kejayaan zaman keemasan kepada bangsa bukan Arab.
Bab 11 Mengapa Revolusi Ilmiah Tidak Terjadi Dalam Islam?
Pada bab ini, penulis mengungkapkan lima pertimbangan perangkat sebab yang berbeda disertai dengan penjelasannya yaitu:
1.      Sebab-sebab yang berkaitan dengan masalah sikap dan filsafat;
Sikap masyarakat Islama pasca zaman keemasan yang semakin utilitarian. Utilitarianisme-gagasan berfikir yang didambakanhal-hal yang bermanfaat- adalah bukan obsesi masyarakat Islam pada masa-masa awal tujuan intelektualnya.
2.      Sebab-sebab yang berasal dari konsep pendidikan tertentu;
Konsep pendidikan yang diterapkan pada masayarakat Muslim pada masa itu berorientasi pada penghafalan, konsep ini mempunyai akar-akar yang dapat ditelusuri dalam sejarah, yang bermula dengan kurikulum Nizhamiyah yang dirancang pada abad ke 11. Selain itu masayarakat Islam juga menerapkan konsep pembelajaran tradisional dengan penekanannya penghafalan penuh.
3.      Sebab-sebab yang merupakan konsekuensi sifat khusus hukum Islam;
Syari’ah Islam memusuhi unsur-unsur kapitalisme yang penting, dan ini benar-benar menjadi kendala bagi kemunculan perbankkan disepanjar proses modrnisasi yang ditempuh bangsa-bangsa Eropa. Sekalipun perkembangan kapitalisme didunia muslim didukung oleh hukum yang rasional, tidak dijumpai bukti bahwa dalam praktek syariah saja mencegah dunia Muslim berkembang bersama kapitalisme. Oleh karena itu upaya mencari sebab-sebab stagnasipada kebudayaan islam industrial modern mustahil berhenti disini.
4.      Sebab yang dapat ditelusuri kepada materi, atau kelemahan tatasosio-ekonomis tertentu seperti kota-kota dan serikat-serikat dagang tertentu;
Di dunia Muslim kota-kota terkontrol oleh dinasti-dinasti penguasa dan begitu pula kehidupan niaga, transportasi dan militer. Artinya institusi-institusi kota tidak berkembang atau hampir tidak mempunyai peran yang efektif dalam kehidupan kota. Oleh karena itu bukannya menjadi suatu kesatuan yang padu, kota-kota di dunia Arab dan India Moghul seperti sekumpulan yang masing-masing tempatnya tersekat, yang heterogen yang mengatur di masjid-masjid dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki ummat.
5.      Sebab yang berasal dari sifatt khus dalam politik dalam Islam;
Umat Islam tidak mempunyai gereja dan tidak mempunyai pusat ormal otoritas relizius yang zalim, sehingga tingkat perkawanan kaum ilmuan dan pemikir Islam lebih rendah ketimbang di Eropa. Kenyataan ini dapat dinisbatkan dengan sifat Islam yang meneerima kebebasan interpretasi yang lebih besar atas ajaran agama. Namun kebebasan ini mengarah kepada lenyapnya otoritas politis-religius pusat yang dapat menyelesaikan pertikaian-pertikaian.
Bab 12 Renungan Untuk Masa Depan
Alih-alih program yang dicanangkan kaum ortodoks yang diperlukan adalah kerangka berfikir dan bertindak yang didasrkan pada sains dan pemikiran Ilmiyah namun selaras dengan kebudayaan ummat Muslim yang diwarisi dari ummat Muslim zaman dahulu. Adapun program-program tersebut ialah:
1.      Rasional berupaya menemukan solusi yang parsial dan bertahap bagi prolem-problem yang kita hadapi dan menangani problem-problem tersebut dalam cara yang sistematis, logis dan realistis.
2.      Memerangi kecendrungan mencampuradukkan modernisasi dan wesrternisasi. Untuk menjadi modern atau melakukan dikotomi modernitas-tradisionalisme kita tidak perlu menjadi Barat.
3.      Perlu dinyatakan suatu pernyataan dalam meneruskan penentangan terhadap sains modern sebagai suatu upaya epistemologis, meskipun perdebatan mengenai tujuan-tujuan utilitariannya pasti berlanjut.
4.      Langkah yang sebenarnya menuju modernitas mensyaratkan partisipasi masyarakat dalam perencaan dan pelaksanaannya setiap kali ini merupakan pilihan yang tersedia.
Penulis menekankan bahwa buku ini tidak berusaha mencari suatu penilaian atas agama islam dengan mengacu pada keterbelakangan negeri-negeri Muslim dalam sains. Pertama, ada konsensus yang dominan dikalangan kaum Muslimin bahwa Islam dalam bentuk sejatinya sekarang ini tidak dipraktekan di manapun didunia. Jadi, menurut pandangan ini tidak mungkin terjalin hubungan antara reallitas masa kini dan islam yang sesungguhnya. Kedua ada berbagai penafsiran atas Islam yang memberi peluang bagi munculnya sekularisme, dan karena keselaarasan penafsiran tersebut dengan pemikiran Ilmiah. Ketiga, keberhasilan material para penganut suatu agama jelas tidak mengatakan sesuatu tentang kebaikan atau kebenaran agama tersebut.
Apendiks Sains Islam
Akhir-akhir ini muncul suatu perwujuda baru religiusitas ortodoks yang luar biasa, yang pada dasarnya merupakan upaya memperluas lingkup islamisasi di pakistan jauh melampaui bidang yang berkenaan degan masalah-masalah kemasyarakatan sampai ke bidang yang berkenaan dengan fenomena fisikal: sains islami.
Sesungguhnya sains Islami tidak lain adalah pemakaian kata sains secara keliru. Sains Islam muncul sebagai akibat dari kebangkitan kembali ortodoksi di negeri-negeri Muslim. Bagaimanapun sains Islami bukanlah fenomena yang khas pakistan, Mesir, Saudi Arabia, dan Malaysia juga merupakan pusat-pusat yang luar biasa aktif. Namun sains Islami tidak terbatasi oleh batas-batas negara.

                                                      
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
A.                Kelebihan buku
1.      Urutan pokok pembahasannya sangat tepat sehingga mempermudah pembaca memahami isi atau alur tujuan dari buku ini.
2.      Referensi dari buku ini dicantumkan di setiap bab, hal ini mempermudah pembaca untuk memahami isi buku ini dan menggali pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan buku ini.
3.      Penjelasan dari setiap masalah dalam buku ini cukup jelas karena penulis memaparkannya dengan disertai contoh-contoh yang relevan.
B.                 Kekurangan buku
1.      Penulis tidak memakai bahasa yang mudah dipahami oleh setiap kalangan. Bahasa yang digunakan terlalu tinggi pada isi buku ini.
2.      Penulis tidak menyatakan secara eksplisit apa yang menjadi obat bagi situasi yang terjadi pada isi buku ini.